(mediapesan) – Pada 9 Juni 1982, sejarah mencatat salah satu duel udara paling dramatis di Timur Tengah, yaitu Insiden Lembah Beka’a.
Insiden ini terjadi dalam konteks invasi Israel ke Lebanon Selatan melalui operasi militer bertajuk Operation Peace for the Galilee.
Tujuan Israel adalah membersihkan kekuatan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang sering menyerang wilayahnya, sekaligus mencegah campur tangan militer Suriah di Lebanon.
Langkah Strategis Israel
Israel memulai operasi ini dengan serangan kilat ke posisi militer Suriah di Lembah Beka’a. Fokus utama mereka adalah melumpuhkan sistem radar dan rudal anti-udara Suriah.
Intelijen Israel mengungkapkan bahwa Suriah telah menerima sistem rudal SA-6 Gainful dari Uni Soviet, yang merupakan ancaman serius.
Untuk menghadapi ini, Israel mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak (drone) RVP yang digunakan sebagai umpan dan pesawat intai.
Mereka juga memanfaatkan pesawat Boeing 707 yang dimodifikasi dengan peralatan elektronik canggih untuk mengacaukan sistem radar dan komunikasi Suriah.
Pertempuran Dimulai
Israel memancing radar Suriah dengan menerbangkan drone, memaksa sistem rudal SAM Suriah seperti SA-6 dan SA-2 untuk menembaknya.
Ketika radar Suriah fokus pada umpan tersebut, Israel mengerahkan pesawat A-4 Skyhawk dan F-15 Eagle untuk menghancurkan posisi rudal SAM yang telah terdeteksi.
Suriah merespons dengan menerbangkan lebih dari 100 pesawat tempur MiG-21, MiG-23, dan Su-22 buatan Soviet.
Namun, superioritas teknologi dan taktik Israel terbukti lebih unggul.
Hanya dengan 40 pesawat, termasuk F-16, Israel berhasil menjatuhkan seluruh pesawat tempur Suriah tanpa kehilangan satu pun pesawatnya.
Keunggulan ini diperkuat oleh sistem pengacau radar dan komunikasi Israel yang membuat pilot Suriah kehilangan koordinasi dengan radar darat.
Dampak Besar bagi Suriah
Kerugian Suriah sangat besar. Mereka kehilangan puluhan radar, rudal, serta lebih dari 100 pesawat tempur. Tak hanya itu, banyak pilot angkatan udara Suriah gugur dalam pertempuran ini.
Uni Soviet, sebagai pendukung utama Suriah, kemudian berusaha memperkuat teknologi pertahanan udara mereka dengan mengembangkan pesawat tempur generasi baru seperti MiG-29 Fulcrum dan Su-27 Flanker, serta sistem rudal SAM SA-8 dan SA-10.
Namun, dukungan Soviet berkurang akibat utang luar negeri Suriah yang membengkak.
Implikasi bagi Israel dan Timur Tengah
Keberhasilan ini memberi Israel kendali penuh atas langit Lebanon Selatan dan memuluskan pendudukan wilayah tersebut hingga tahun 2000.
Insiden Lembah Beka’a juga mempertegas dominasi Israel dalam supremasi udara sejak Perang Enam Hari 1967.
Meski demikian, bayang-bayang Perang Yom Kippur tetap mendorong Israel untuk terus memperkuat keunggulan teknologi militernya.
Peristiwa ini menjadi bukti bahwa perencanaan matang selama 13 tahun, kecanggihan teknologi, dan taktik perang modern mampu mengubah jalannya sejarah di Timur Tengah. ***