Jakarta (mediapesan) – Industri penerbangan dunia, termasuk di Indonesia, terus bertransformasi dengan mengadopsi teknologi modern untuk meningkatkan operasional dan pelayanan, (20/10/2024).
Di kawasan bandara, teknologi informasi menjadi kunci dalam pengaturan lalu lintas udara, manajemen penumpang, jadwal penerbangan, dan berbagai aspek operasional lainnya.
Muhammad Awaluddin, Founder Indonesia Digital Society Forum (IDSF), menekankan pentingnya mengintegrasikan keamanan siber dalam setiap langkah adopsi teknologi.
Sistem bandara yang terhubung dengan berbagai jaringan eksternal membuatnya rentan terhadap serangan siber, ujarnya.
Sejak 2019, industri bandara di Eropa, Oceania, dan AS telah mengalami enam serangan siber yang signifikan.
Keamanan siber kini menjadi tantangan besar dalam era digitalisasi.
Untuk itu, bandara harus menerapkan standar keamanan yang ketat, seperti ISO 27001, DO-326A, dan ED-202A, guna mengelola ancaman siber.
Kolaborasi antara regulator dan operator bandara sangat penting, bersama dengan penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk deteksi ancaman secara real-time, tambah Awaluddin.
AI memiliki kemampuan mendeteksi pola anomali yang bisa menjadi indikasi awal serangan siber.
Dengan respons otomatis yang cepat, AI dapat mencegah serangan yang lebih besar, jelasnya.
Pengelolaan jaringan yang baik juga menjadi fokus.
Operator bandara perlu menerapkan segmentasi jaringan dan enkripsi data untuk melindungi informasi sensitif.
Selain itu, kolaborasi internasional dengan organisasi seperti ICAO diperlukan untuk berbagi praktik terbaik dan intelijen siber.
Rekomendasi IDSF mencakup peningkatan protokol cadangan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam cybersecurity.
Pelatihan rutin bagi staf sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam menghadapi ancaman siber, pungkas Awaluddin.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan industri penerbangan Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan keamanan siber di tengah adopsi teknologi yang pesat. ***