MEDIAPESAN – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali mencuat di udara setelah laporan dari sumber militer Pakistan menyebutkan bahwa sedikitnya tiga pesawat tempur Dassault Rafale milik Angkatan Udara India berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur J-10C Pakistan dalam sebuah pertempuran udara baru-baru ini.

Jet tempur Pakistan dilaporkan menggunakan rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15E buatan China, menandai salah satu penggunaan operasional pertama dari rudal tersebut dalam konflik terbuka.
India hingga saat ini belum mengonfirmasi secara resmi adanya kehilangan pesawat, namun sumber-sumber yang mengetahui situasi ini menyebutkan insiden tersebut menyoroti pentingnya keunggulan udara dan sistem tempur terintegrasi.
PL-15E, yang dikembangkan China untuk pertempuran di luar jangkauan visual (beyond-visual-range/BVR), memiliki jangkauan lebih dari 200 kilometer dan kini mendapat perhatian luas dari analis pertahanan.

Sebelumnya sempat diragukan efektivitasnya, rudal ini kini dianggap sebagai pesaing serius rudal-rudal buatan Barat seperti AIM-120D AMRAAM dari Amerika Serikat dan MBDA Meteor buatan Eropa.
Dominasi udara saat ini tidak lagi hanya bergantung pada kecanggihan satu jenis pesawat. Keunggulan ditentukan oleh seberapa baik seluruh sistem tempur terintegrasi dalam satu jaringan, ujar seorang analis keamanan kawasan yang enggan disebutkan namanya karena sensitivitas isu ini.
Keberhasilan Pakistan disebut tak lepas dari dukungan sistem peringatan dini udara (AWACS) ZDK-03 buatan China, yang memberikan koordinasi dan kesadaran situasional secara real-time kepada para pilot.
Hal ini memungkinkan peluncuran rudal secara efektif dan presisi tinggi terhadap sasaran.
Meski memiliki pesawat tempur canggih seperti Rafale dan Su-30MKI, India diduga masih menghadapi kendala dalam integrasi sistem komando dan data tempurnya.
Keterbatasan dalam datalink dan komunikasi internal diperkirakan menjadi salah satu faktor kelemahan.
Bagi Indonesia — yang tengah dalam proses pengadaan 42 unit pesawat tempur Rafale dan berencana menggunakan rudal MBDA Meteor — perkembangan ini dapat menjadi pelajaran penting.
Tanpa sistem peringatan dini dan jaringan tempur terintegrasi, platform canggih sekalipun berisiko tidak optimal dalam pertempuran modern.
Hingga saat ini, pihak Kementerian Pertahanan Indonesia belum memberikan pernyataan apakah insiden ini akan memengaruhi strategi pengadaan maupun integrasi kekuatan udara nasional.