MEDIAPESAN, Jombang – Sekelompok orang tua atlet muda di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menuntut kejelasan dan akuntabilitas setelah anak-anak mereka—tujuh atlet sepatu roda berprestasi—dicoret secara sepihak dari daftar kontingen resmi untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur.
Pencoretan ini memicu tuduhan ketidakadilan, nepotisme, dan buruknya tata kelola olahraga di tingkat daerah.
Para orang tua, yang kini tergabung dalam Paguyuban Wali Atlet Sepatu Roda Kabupaten Jombang, menyampaikan keluhan mereka langsung kepada Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jombang, HM Syarif Hidayatullah, ST, MMT, atau yang akrab disapa Gus Sentot, dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di rumah salah satu wali atlet.
Anak-anak kami sudah mengikuti proses seleksi dan pemusatan latihan resmi. Mereka juga penyumbang medali bagi Jombang selama ini. Lalu kenapa justru mereka yang dicoret? ujar salah satu wali dengan nada kecewa.
Tujuh atlet yang dicoret adalah:
- Rendra Pandu Hermawan
- Azizurrohmat Al Baihaqi
- Schatzi Setya Ridho Illahi
- Evelyn Anindya Ervaputri
- Muhammad Sultan Abqori Azzam
- Iftitah Azzahra Masaid
- Jadzia Lubna Chestiana
Atlet-atlet ini dikenal luas di kancah kejuaraan sepatu roda tingkat provinsi dan nasional.
Dalam turnamen terakhir, mereka menyabet berbagai medali emas, perak, dan perunggu—termasuk juara satu di nomor Speed Slalom dan Classic Slalom di berbagai kategori usia.
Ironisnya, ketujuhnya juga telah mengikuti Program Pemusatan Latihan Kabupaten (Puslatkab) yang dikelola oleh Pengkab Porserosi Jombang dan dibiayai melalui dana APBD yang disalurkan lewat KONI Jombang.
Namun, menurut para orang tua, nama-nama anak mereka justru digantikan oleh atlet yang tidak mengikuti seleksi resmi.
Ada yang tidak lolos seleksi, bahkan ada yang tidak ikut seleksi sama sekali tapi tetap masuk daftar Porprov. Ini mencederai semangat sportivitas dan keadilan dalam pembinaan atlet, ungkap seorang wali lainnya.
Menanggapi laporan tersebut, Gus Sentot menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan komitmennya untuk mengawal persoalan ini secara serius.
Pengelolaan olahraga harus bersih, transparan, dan berpihak pada prestasi. Kita tidak boleh mengorbankan semangat dan perjuangan anak-anak muda yang sudah berjuang membawa nama daerah, tegasnya.
Ia juga mendorong para wali untuk segera membuka komunikasi dengan Pengprov Porserosi Jawa Timur, dan menyatakan siap memfasilitasi audiensi lanjutan demi penyelesaian yang adil dan profesional.
Pertemuan ditutup dengan seruan agar KONI, Pengkab Porserosi, dan Pemerintah Kabupaten Jombang segera bertindak untuk memulihkan kepercayaan publik dan menjamin bahwa sistem pembinaan olahraga di daerah tetap mengedepankan prestasi, integritas, dan keadilan bagi generasi muda atlet.