Maros (mediapesan.com) – Asosiasi Pendeta Indonesia (API) menggelar kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dengan mengusung tema “Janganlah Hendaknya Kerajinanmu Kendor, Biarlah Rohmu Menyala-nyala dan Layanilah Tuhan”, di Hotel Grand Town Mandai, Kabupaten Maros, 15 hingga 17 November 2023.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) API Brigjen TNI (Purn) Pdt. Drs Harsanto Adi S, MM, M.Th malam tadi kepada sejumlah wartawan mengungkapkan, Rakernas ini dilaksanakan di antara 2 (dua) Kongres.
“Rakernas yang baru yaitu ke empat tahun 2021 lalu, dan ada lagi yang ke enam tahun 2026 mendatang,” jelasnya.
Pendeta Harsanto melanjutkan, kalau yang ini adalah Rakernas yang pertengahan. Rakernas ini, yang pertama adalah membahas terkait keorganisasian, yang didalamnya terdapat laporan dari DPP API, dan menerima masukan-masukan dari DPD dan DPC API.
“Kedua, terdapat pembekalan. Dan malam ini diberikan pembekalan yaitu Ketua Dewan Pembina DPP API, Pdt. Dr. Tjahjadi Nugroho tentang sejarah API itu sendiri,” ujarnya.
Terakhir, Rakernas ini bertujuan untuk silaturahmi sekitar 250-an pendeta yang hadir dari seluruh Indonesia.
“Selama ini kami hanya ketemu di salah satu aplikasi telekomunikasi yakni whatsapp, artinya kegiatan DPD API Sulsel bisa dimonitor dari Aceh sampai Papua,” ungkap Pendeta Harsanto.
Saat ditanya oleh awak media terkait pemilu damai, Pendeta Harsanto mengatakan, nantinya DPP API akan memberikan usulan-usulan kepada pemimpin-pemimpin nasional mengenai Pilpres dan Pileg harus berjalan dengan damai.
“Pemilu 2024 mendatang, hendaknya para petinggi-petinggi negeri ini mengimbau kepada seluruh masyarakat agar menghindari konflik-konflik vertikal maupun horizontal,” bebernya.
Tidak sampai disitu saja, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) API itu juga ikut menyerukan penghentian gencatan senjata di wilayah Gaza.
“Kedua belah pihak itu (Palestina-Israel, red) harus saling meletakkan senjata,” tandas Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) API Pdt. Drs Harsanto Adi S, MM, M.Th.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pembina API Pdt Dr Tjahjadi Nugroho menuturkan, API ini berdiri pada waktu Indonesia sedang terbelah di tengah konflik antar agama tahun 1998 hingga 2002.
“API ini berdiri ketika konflik agama di Ambon, Poso, Jakarta, dan lainnya. Nah API ini didirikan dengan misi membawa terang dan damai,” katanya.
Ketika ditanya peran API pada Pemilu 2024 mendatang, Pendeta Tjahjadi berucap pada Pemilu 2024 nanti berpotensi terjadi perpecahan.
“Nah, pada Pemilu nanti, sesuai misi dari API itu sendiri yaitu membawa damai, jangan mengkompor-kompori akhirnya jadi memanas,” paparnya.
Urai Pendeta senior itu lagi, kepentingan bangsa dan umat yang harus didahulukan. API juga tidak menjadi bagian dari politik.
“Kalau API menjadi bagian dari politik, artinya bukan pendamai lagi. Ini yang harus kita jaga, kebetulan saya sebagai pendiri API, yah saya hadir untuk memberikan pengalaman-pengalaman atau pencerahan,” sahutnya.
Dalam menjaga kerukunan agama, API ini telah berbuat yang terbaik, baik itu di Ambon, Poso, Jakarta, dan lainnya.
“Saya dulu itu sebagai juru damai presiden Gus Dur, ketika ada kerusuhan, saya ditunjuk sebagai narasumber untuk perdamaian antar umat. Jadi ini tidak boleh ditinggalkan, jangan sampai hanya kepentingan sesaat, kita jadi kehilangan arah,” pungkas Ketua Dewan Pembina sekaligus pendiri API, Pdt Dr Tjahjadi Nugroho.