mediapesan.com | Kelompok militan Ansarullah Yaman kembali membuat dunia terkejut dengan aksi serangan terhadap kapal yang diklaim memiliki keterkaitan dengan Israel. Serangan ini menandakan eskalasi ketegangan yang meningkat di kawasan tersebut, (20/6/2024).
Ansarullah, yang juga dikenal sebagai Houthi, memperingatkan bahwa semua kapal yang berhubungan dengan Israel, Amerika Serikat, dan Inggris tidak akan aman di Laut Merah dan Laut Mediterania.
Pernyataan ini disampaikan melalui media sayap militer mereka, menekankan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari strategi mereka untuk menentang apa yang mereka sebut sebagai agresi Zionis dan campur tangan asing di wilayah Yaman dan sekitarnya.
Seorang juru bicara Ansarullah menyatakan, “Kami tidak akan berhenti sampai semua kapal Zionis dan sekutunya keluar dari wilayah perairan kami. Mereka harus merasakan konsekuensi dari tindakan mereka.”
Serangan ini tidak hanya meningkatkan ketegangan di kawasan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran global mengenai keamanan jalur pelayaran internasional yang krusial di Laut Merah dan Laut Mediterania.
Laut Merah, khususnya, adalah jalur penting bagi perdagangan global, termasuk pengiriman minyak dari Timur Tengah ke seluruh dunia.
Pemerintah Israel, Amerika Serikat, dan Inggris belum memberikan komentar resmi terkait ancaman terbaru ini.
Namun, para ahli memperkirakan bahwa ketiga negara tersebut kemungkinan akan meningkatkan keamanan maritim mereka di kawasan tersebut sebagai tanggapan terhadap ancaman ini.
Sementara itu, masyarakat internasional berharap agar situasi tidak berkembang menjadi konflik yang lebih luas, mengingat pentingnya stabilitas di perairan strategis ini bagi perekonomian global.
Serangan dan ancaman yang dilancarkan oleh Ansarullah Yaman terhadap kapal yang berhubungan dengan Israel dan sekutunya ini menggarisbawahi ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah.
Langkah ini tidak hanya memicu kekhawatiran mengenai keamanan regional, tetapi juga memiliki implikasi signifikan bagi perdagangan internasional.
Dunia kini menantikan bagaimana respons dari negara-negara yang terlibat dan dampak lebih lanjut dari eskalasi ini. ***
(red)