mediapesan.com | Kontroversi mengenai insiden mogok kerja di RSUD Massenrempulu Enrekang mencuat setelah serangkaian kejadian pada Jumat, 23 Maret 2024, yang melumpuhkan pelayanan di ruang operasi.
Dr. Chaerul, Kepala Bidang Pelayanan, memberikan klarifikasi terkait kejadian tersebut, namun dugaan mogok kerja oleh dokter Spesialis Anestesi tetap menimbulkan pertanyaan.
Menurut dr. Chaerul, kejadian tersebut bukanlah mogok kerja, melainkan gangguan kesehatan yang mengharuskan dokter Anestesi untuk berobat di luar kota.
Meskipun pelayanan tetap dilakukan, pasien yang membutuhkan pemantauan langsung dari dokter Anestesi terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain karena risiko yang ada.
Insiden ini menjadi sorotan karena mencuatkan kritik terhadap manajemen RSUDM Enrekang.
Dugaan mogok kerja dokter Anestesi telah menjadi perbincangan, terutama karena efeknya yang mengganggu pelayanan operasi.
Sumber internal menyatakan kekecewaannya atas keputusan dokter Anestesi yang membatalkan sejumlah operasi, yang pada akhirnya mengakibatkan pasien harus dirujuk ke luar kabupaten.
Berbagai spekulasi muncul mengenai faktor pemicu mogok kerja dokter Anestesi.
Dari beberapa sumber, terungkap bahwa kemungkinan kekecewaan terhadap manajemen RSUDM Enrekang yang belum memenuhi hak-haknya menjadi salah satu faktor yang memicu tindakan tersebut.
Tanggapan Manajemen
Meskipun telah berupaya mengonfirmasi dan menjelaskan kejadian tersebut, tanggapan dari pihak manajemen RSUDM Enrekang masih belum tersampaikan.
Upaya wartawan untuk menghubungi dr. Ichul, Kepala Bidang Penunjang, juga belum membuahkan hasil.
Insiden mogok kerja di RSUD Massenrempulu Enrekang menyoroti pentingnya komunikasi antara manajemen dan tenaga medis.
Selain itu, kejadian ini juga menggarisbawahi pentingnya penanganan kesehatan dan kesejahteraan para tenaga medis agar pelayanan kesehatan dapat berjalan lancar. ***