MEDIAPESAN – India saat ini sedang menghadapi salah satu guncangan militer terburuk dalam sejarah modernnya, (9/5/2025).
Lima pesawat tempur paling canggih Angkatan Udara India, termasuk jet berteknologi tinggi buatan Barat, dilaporkan ditembak jatuh dalam satu serangan mendadak oleh Pakistan.
Namun, yang membuat peristiwa ini mencengangkan bukan hanya jumlah kerugiannya—melainkan siapa yang berada di balik sistem senjata yang menjatuhkan pesawat-pesawat tersebut: China.
Menurut sumber pertahanan yang dikutip Bloomberg dan Nikkei Asia, serangan tersebut dilakukan menggunakan kombinasi jet tempur J-10C dan JF-17 Thunder—keduanya hasil produksi Chengdu Aircraft Corporation dari Tiongkok—bersama sistem pertahanan udara HQ-9B, HQ-16, dan LY-80.
Tidak satu pun aset Pakistan yang dilaporkan hancur dalam konfrontasi tersebut.
Kerugian Teknologi Barat dan Naiknya Pamor Senjata China
Insiden ini menandai pertama kalinya dalam sejarah konflik India-Pakistan bahwa senjata buatan China digunakan secara terbuka dan berhasil mendominasi pertempuran udara melawan sistem pertahanan Barat.
Saham perusahaan pertahanan Barat langsung merespons negatif: Dassault Aviation (Prancis), produsen Rafale yang digunakan India, anjlok 1,6%. Sementara saham Chengdu Aircraft Corporation melonjak hingga 18%, pertumbuhan harian tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Analis pasar melihat ini bukan hanya sebagai insiden regional, melainkan sebagai “momen geopolitik global.”
China kini tidak lagi sekadar alternatif murah—tetapi rival strategis nyata dalam pasar persenjataan dunia.
Efek Domino ke Timur Tengah: Mesir, Israel, dan Bayang-Bayang Konflik Baru
Yang paling mengkhawatirkan bagi negara-negara sekutu Barat adalah bahwa sistem yang sama—HQ-16 dan LY-80—sudah digunakan oleh Mesir.
Bahkan, JF-17 kini menjadi bagian dari inventaris resmi Angkatan Udara Mesir.
Pekan lalu, latihan gabungan bersandi Eagles of Civilization 2025 antara Mesir dan China berlangsung di atas langit Kairo.
Jet tempur buatan China terlihat melakukan manuver di atas piramida Giza, menunjukkan kekuatan simbolik yang tidak bisa diabaikan oleh Tel Aviv.
Media pertahanan Israel mengutip sumber militer yang menyebut sistem senjata China sebagai “ancaman langsung terhadap dominasi udara Israel di kawasan.”
Bagi pengamat militer, ini adalah sinyal paling jelas bahwa keseimbangan kekuatan di Timur Tengah mulai bergeser.
China dan “Doktrin Ekspansi Teknologi”
Para pakar pertahanan menilai serangan Pakistan terhadap India bukan semata strategi geopolitik, tetapi bagian dari kampanye demonstrasi global senjata China.
Tujuannya: mengikis dominasi AS dan sekutunya dalam ekspor senjata, serta memperkuat aliansi militer baru di Asia dan Afrika.
Pakar strategi militer dari Beijing University of International Relations, menyebut insiden ini sebagai “pengumuman tidak resmi bahwa era unipolar dalam teknologi militer telah usai.”
Pertanyaan Baru di Dunia Lama
Apakah ini berarti awal dari berakhirnya hegemoni militer Israel-Amerika di kawasan?
Apakah negara-negara seperti Arab Saudi, Turki, atau bahkan Indonesia akan mulai meninjau ulang pemasok pertahanan mereka?
Satu hal kini jelas: kejadian di langit Asia Selatan telah meninggalkan gema yang mengguncang pusat-pusat kekuasaan di Barat.